Selasa, 15 Agustus 2017

Pataka kerajaan majapahit yang bersemayam di museum kota new york USA

EMPAT PATAKA KERAJAAN MAJAPAHIT YANG HILANG DARI TANAH AIR

Di bawah ini bakal sedikit kami jabarkan mengenai Pataka peninggalan Kerajaan Majapahit yang semestinya tetaplah ada di negara kita sendiri.
PATAKA SANG DWIJA NAGA NARESWARA
Empat Pataka Kerajaan Majapahit Yang Hilang Dari Tanah Air

Pataka Sang Dwija Naga Nareswara dari Kerajaan Majapahit ini berupa Tombak Pataka Nagari sebagai perwujudan dari Naga Kembar penjaga Tirta Amertha, terbuat berbahan tembaga. Tombak Pataka ini di buat di masa Kerajaan SINGHASARI (era 12 – 13 Masehi), serta diwarisi oleh Kerajaan MAJAPAHIT (Wilwatikta). Adalah hanya satu tombak pataka Singhasari yang dapat diselamatkan oleh SANGRAMA WIJAYA ketika keruntuhan Kerajaan Singhasari akibat serbuan Kerajaan Gelang-gelang. Pataka yang lain sukses dikuasai serta dibawa oleh Raja Jayakatwang ke Kerajaan Gelang-gelang.
Pada Tombak Pataka ini lah pertama kalinya di gunakan bendera Kerajaan Wilwatikta (Majapahit) saat di proklamirkan di rimba Tarikh (sesudah penyerbuan pasukan Tartar serta pasukan SANGRAMA WIJAYA atas Kerajaan Gelang-gelang). Bendera itu bernama : Gula – Kelapa (Merah – Putih), yang saat ini kita warisi jadi Bendera Sang Saka Merah Putih.

Tombak Pataka ini saat ini ada di : 

THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA

Dengan data museum seperti berikut : 

Halberd Head with Nagas and Blades
Period : Eastern Javanese period, Singasari kingdom
Date : ca. second half of the 13th century
Culture : Indonesia (Java)
Medium : Copper Alloy
Dimensions : H. 17 1/4 in. (43. 8 cm) ; W. 9 3/4 in. (24. 8 cm)
Classification : Metalwork
Kredit Line : Samuel Eilenberg Collection, Bequest of Samuel Eilenberg, 1998
Accession Number : 2000. 284. 29a, b
This artwork is currently on display in Gallery 247
Hal semacam ini cukup mengherankan saya, sebab Amerika Serikat tak memiliki benang merah histori dengan bangsa Indonesia. Mungkin saja artefak ini di ambil oleh pemerintah kolonial Belanda serta di kirim ke Eropa, baru lalu beralih tangan ke Amerika Serikat (???).
Tombak Sang Dwija Naga Nareswara ini kelihatannya pernah di singgung dalam prasasti th. 1305 AD sisi II yang menerangkan nama abhiseka Kertarajasa Jayawardhana (Bhre Wijaya/pendiri kerajaan Majapahit). Disebutkan kalau nama beliau terbagi dalam 10 suku yang bisa dipecah jadi empat kata yaitu kerta, rajasa, jaya serta wardhana. Unsur kerta mengandung makna kalau baginda melakukan perbaikan pulau Jawa dari kekacauan yang diakibatkan oleh penjahat-penjahat serta membuat kesejahteraan untuk rakyat. Unsur rajasa mengandung makna kalau baginda berjaya merubah situasi gelap jadi situasi terang-benderang akibat kemenangan beliau pada musuh-musuhnya. Unsur jaya mengandung makna kalau baginda mempunyai simbol kemenangan berbentuk senjata tombak berbuntut mata tiga (trisula muka) serta lantaran senjata itu seluruh musuh hancur lebur. Unsur wardhana mengandung makna kalau baginda menghidupkan semua agama, melipat gandakan hasil bumi, terlebih padi untuk kesejahteraan rakyatnya.


PATAKA SANG HYANG BARUNA 

Empat Pataka Kerajaan Majapahit Yang Hilang Dari Tanah Air

Pataka Kerajaan Majapahit ini bernama Sang Hyang Baruna berbentuk satu tombak (Tombak Pataka Nagari) dengan dua mata tombak kembar diatas kepala serta ekor naga, pataka ini terbuat berbahan tembaga. Tombak Pataka ini di buat pada zaman Kerajaan SINGHASARI (era 12 – 13 Masehi), serta diwarisi oleh Kerajaan MAJAPAHIT (Wilwatikta). Pataka ini umum dipasang diatas kapal yang memimpin satu rombongan ekspedisi, untuk menandai ada seorang di atas kapal itu yang melakukan tindakan mewakili Raja atau Negara. Bendera atau panji-panji yang dipasang bernama : “Getih – Getah Samudra” (lima garis merah serta empat garis putih), sebagai bendera armada militer SINGHASARI/MAJAPAHIT. Hingga sekarang ini bendera ini tetaplah digunakan oleh TNI-AL dalam kapal-kapal perangnya di perairan internasional, dengan nama panji-panji : “Ular-ular Tempur”.

Pataka ini pertama kalinya di bawa oleh pasukan ekspedisi PAMALAYU serta diserahkan kembali pada Kerajaan Majapahit sebagai penerus dari Kerajaan Singhasari. Pataka ini sudah berkiprah pada “Ekspedisi PAMALAYU (Singhasari) ”, “Ekspedisi Duta Besar ADITYAWARMAN ke China (Majapahit) ” hal semacam ini dikerjakan 2 x, “Ekspedisi NUSANTARA oleh GAJAHMADA (Majapahit) ”. Serta tetaplah eksis sampai sekarang ini, dilanjutkan oleh TNI-AL sebagai kemampuan maritim Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tombak Pataka (Sang Hyang Baruna) ini saat ini ada di : 

THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA

Dengan data museum seperti berikut : 

Halberd Head with Naga and Blades
Period : Eastern Javanese period, Singasari kingdom
Date : ca. second half of the 13th century
Culture : Indonesia (Java)
Medium : Copper alloy
Dimensions : H. 17 1/2 in. (44. 4 cm) ; Gr. W. 8 1/4 in. (21 cm)
Classification : Metalwork
Kredit Line : Samuel Eilenberg Collection, Gift of Samuel Eilenberg, 1996
Accession Number : 1996. 468a, b
This artwork is currently on display in Gallery 247

Satu hal yang sangat mengganjal di hati (sebagai orang-orang pewaris Majapahit) yaitu : Kenapa Pataka Majapahit ini hingga dapat ada di Amerika Serikat yang nota bene tak mempunyai jalinan kesejarahan dengan bangsa kita?

Empat Pataka Kerajaan Majapahit Yang Hilang Dari Tanah Air


Bendera Getih - Getah - Samudra 

SANG PELOPOR DAN PENERUS PATAKA “SANG HYANG BARUNA”
Dalam menggerakkan politik NUSANTARA (penyatuan semua kepulauan nusantara dibawah panji-panji Kerajaan Majapahit), ada 3 nama besar yang cukup disegani dalam pengerjaannya.

Yang pertama yaitu : ADITYAWARMAN (dengan pangkat tertingi Wredhamantri), yaitu keluarga raja yang melalui karirnya didunia militer sebagai penerus ayahandanya (keluarga Raja Singhasari) MAHESA ANABRANG yang bergelar ADWAYABRAHMA. Kedua-duanya di kenal tangguh di medan pertempuran, jago kiat serta ulet menggerakkan misi diplomatik (MAHESA ANABRANG yaitu pimpinan misi diplomatik ekspedisi PAMALAYU Singhasari ke Kerajaan DHARMASRAYA, jejak ini diikuti putranya : ADITYAWARMAN yang lakukan “mission imposible” dengan lakukan kunjungan diplomatik ke Kaisaran China. Walau sebenarnya baru 2 dekade pasukan Tartar ini digempur dalam pertempuran tanah Jawa oleh Bhre WIJAYA, serta mereka tengah menyiapkan gempuran balasan). Kehandalan ADITYAWARMAN sebagai duta-lah yang dapat menetralkan kondisi serta bahkan juga temukan kesepahaman dalam jalinan diplomatik antar negara. Baik bapak serta anak ini saat lakukan tugasnya : membawa Tombak Pataka SANG HYANG BARUNA.

Yang ke-2 serta ketiga yaitu dua serangkai : Panglima Laut Rakarian Tumenggung MPU NALA serta Mahapatih Amangkubhumi MPU MADA. Keduanya dengan cara bahu-membahu menggerakkan pekerjaan penyatuan Nusantara dengan berkelanjutan di bagiannya semasing. MPU NALA yaitu generasi ke-2 panglima armada laut Kerajaan Majapahit, ayahandanya di kenal sebagai panglima laut yang memimpin rombongan pertama ekspedisi Pamalayu Singhasari menuju Kerajaan Tumasik (Singapura) di selat Malaka. Jadi penunjukannya sebagai Panglima Laut di masa pemerintahan Rani TRIBHUWANA TUNGGADEWI ini berbentuk mutlak, mengingat banyak pelaut-pelaut yang dulu mengabdi pada ayahandanya sudah bersumpah setia mensupport kepemimpinannya mengarungi samudra. Di kenal jago pertempuran laut serta pintar menjadikan satu pasukan laut yang datang dari sebagian negara bawahan.

Mahapatih Amangkubhumi MPU MADA yaitu tokoh kunci dari politik penyatuan Nusantara melalui SUMPAH PALAPA-nya. Seseorang militer tulen yang mengawali kariernya dari bawah sebagai bekel bhayangkara serta di kenal cerdas pelajari pengetahuan pemerintahan. Pemikirannya banyak di pengaruhi oleh politik NUSANTARA Kerajaan Singhasari Raja SRI KERTANEGARA serta hal semacam ini pas dengan pemikiran Rani Majapahit (TRIBHUWANA TUNGGADEWI yang juga cucu dari SRI KERTANEGARA) yang memperoleh pemahaman sama dari ibundanya : DYAH AYU GAYATRI.

Keteguhan hati sang MPU MADA dalam meraih cita-citanya diujinya sendiri dalam beragam medan pertempuran pada separuh saat kehidupannya. Kemampuannya yang ulet, luwes sekalian tegas serta tangguh sudah mewariskan pada kita lokasi Negara INDONESIA Raya yang luas ini.

Dalam menggerakkan ekspedisinya, kapal panglimanya senantiasa membawa Tombak Pataka Sang Hyang BARUNA serta mengibarkan panji-panji kebesaran Majapahit (Getih - Getah - Samudra).

Rupanya perjalanan histori itu diabadikan dengan cara berkelanjutan oleh TNI-AL sebagai kemampuan maritim INDONESIA. Panji-panji Maritim Majapahit tetaplah digunakan sampai sekarang ini, bahkan juga GAJAHMADA dibuatkan monumennya di Markas Komando TNI-AL Surabaya. Keduanya baik MPU NALA ataupun MPU MADA, namanya diabadikan sebagai nama kapal perang : KRI. NALA serta KRI. GAJAHMADA.


PATAKA SANG PADMANABA WIRANAGARI 

Tombak Pataka Nagari kerajaan Majapahit yang ketiga terbuat berbahan tembaga bernama Sang Padmanaba Wiranagari (Teratai Kemuliaan Pembela Negeri).

Empat Pataka Kerajaan Majapahit Yang Hilang Dari Tanah Air

Tombak Pataka ini di buat di masa Kerajaan SINGHASARI (era 12 – 13 Masehi), serta diwarisi oleh Kerajaan WILWATIKTA (MAJAPAHIT). Yaitu Pataka yang diambil kembali oleh beberapa senopati Singhasari eks ekspedisi PAMALAYU di Kerajaan Jayakatwang Kediri. Pasukan ini terasa terluka hatinya karena kerajaan Singhasari diruntuhkan Jayakatwang saat mereka tak ada ditempat, hingga tak dapat membela negara. Saat mereka pamit bertindak perebutan kembali pataka-pataka Singhasari sebagai bentuk pengembalian kehormatan Singhasari pada SANGRAMA WIJAYA pernah tak diperbolehkan. Lantaran SANGRAMA WIJAYA masihlah trauma bakal perang saudara yang barusan dijalaninya (Raja JAYAKATWANG yaitu sepupu SRI KERTANEGARA yang sekalian besannya, serta masihlah memiliki jalinan kekerabatan dengan SANGRAMA WIJAYA lewat kakeknya NARASINGAMURTI).

Lalu beberapa senopati ini nekat pergi sesudah berpamitan pada Prameswari TRIBHUWANESWARI (yang juga putra pertama SRI KERTANEGARA serta istri SANGRAMA WIJAYA). TRIBHUNARESWARI tak menjawab YA atau TIDAK, cuma bersabda : PENUHI DHARMAMU SEBAGAI KSATRYA. Serta ini sebagai legitimasi untuk beberapa senopati ekspedisi PAMALAYU merebut kembali panji pataka peninggalan Singhasari yang ada di Daha.

Mereka pada akhirnya sukses membawa pulang 5 (lima) panji Pataka Singhasari serta meneguhkan sikap beberapa kerabat di lokasi Daha (yang masihlah bingung mesti berlaku mengabdi pada siapa), kalau Majapahit yaitu penerus Singhasari yang sah serta penerus Rajasawangsa.

Pada Tombak Pataka ini lah pertama kalinya di gunakan Simbol Kerajaan Wilwatikta (Majapahit). Ada 4 (empat) kali pergantian simbol negara Majapahit yang pernah ditambatkan pada Pataka ini. Pada photo di atas yaitu simbol ke-2 yang digunakan pada saat pemerintahan Rani TRIBHUWANA TUNGGADEWI serta Raja SRI RAJASANAGARA DYAH HAYAM WURUK, di mana Majapahit alami saat keemasannya. Tentang ke empat Simbol Negara Majapahit bisa anda saksikan pada catatan yang lain. Semuanya Simbol Kerajaan (keempat-empatnya) bernama : SURYA WILWATIKTA. Banyak yang menyebutnya sebagai SURYA MAJAPAHIT.

Tombak Pataka ini saat ini ada di : 

THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA

Dengan data museum seperti berikut : 

Top of a Scepter
Period : Eastern Javanese period, Singasari kingdom
Date : ca. second half of the 13th century
Culture : Indonesia (Java)
Medium : Copper alloy
Dimensions : H. 16 1/16 in. (40. 8 cm)
Classification : Metalwork
Kredit Line : Samuel Eilenberg Collection, Gift of Samuel Eilenberg, 1987
Accession Number : 1987. 142. 184
This artwork is currently on display in Gallery 247

Hal semacam ini cukup mengherankan saya, apa jalinan Amerika Serikat dengan histori bangsa Indonesia. Mungkin saja artefak ini di ambil oleh pemerintah kolonial Belanda serta di kirim ke Eropa, baru lalu beralih tangan ke Amerika Serikat (???).
SANG HYANG NAGA AMAWABHUMI

Pataka Kerajaan Majapahit ke 4 berupa tombak naga memiliki bahan tembaga yang di kenal dengan sebutan Sang Hyang Naga Amawabhumi yang berarti Naga Penjaga Keadilan.

SUSUNAN PENGADILAN 

Empat Pataka Kerajaan Majapahit Yang Hilang Dari Tanah Air

Semuanya ketentuan dalam pengadilan diambil atas nama Raja yang dimaksud Sang Amawabhumi yang berarti : orang yang memiliki atau kuasai negara. Dalam Mukadimah Kutara Manawa (Undang-Undang zaman Majapahit) ditegaskan sekian : Mudah-mudahan Sang Amawabhumi teguh hatinya dalam mengambil keputusan besar kecilnya denda, jangan pernah salah. Jangan pernah orang yang bertingkah salah, luput dari aksi. Tersebut keharusan Sang Amawabhumi, bila beliau menginginkan kerahayuan negaranya.

Dalam hal pengadilan Raja dibantu oleh dua orang dharmadhyaksa, yakni Dharmadhyaksa Kasaiwan (kepala agama Siwa) serta Dharmadhyaksa Kasogatan (kepala agama Budha) dengan sebutan Dang Acarya. Lantaran ke-2 agama itu adalah agama paling utama dalam Kerajaan Majapahit, jadi semua perundang-undangan didasarkan pada ke-2 agama itu. 

Kedudukan Dharmadhyaksa bisa disamakan dengan Hakim Tinggi, mereka itu dibantu oleh lima orang upapatti yang berarti pembantu dharmadhyaksa. Mereka itu dalam sebagian piagam atau prasasti umum dimaksud dengan sang pamegat atau disingkat samgat berarti sang pemutus dengan kata lain hakim. Baik Dharmadhyaksa ataupun Upapatti bergelar Dang Acarya. Pada awalnya ada lima Sang Pamegat yakni Sang Pamegat Tirwan, Sang Pamegat Kandamuhi, Sang Pamegat Manghuri, Sang Pamegat Jambi serta Sang Pamegat Pamotan, kelimanya termasuk juga kelompok Kasaiwan.

Pada saat pemerintahan Dyah Hayamwuruk, ditambah dengan dua orang upapatti dari kelompok Kasogatan yakni Sang Pamegat Kandangan Tuha serta Sang Pamegat Kandangan Rare, hingga keseluruhnya petinggi pengadilan ada dua orang dharmadhyaksa serta tujuh orang upapatti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar